Sabtu, 14 November 2015


















KERAJINAN SARUNG TENUN

Bahan dasar dalam pembuatan sarung tenun ATBM ini adalah benang. Benang disini juga terdapat beberapa jenis yang digunakan, yaitu benang dasar dan benang pakan.
Benang Dasar
Sarung tenun ini menggunakan beberapa jenis benang dasar, tergantung produksi yang nanti akan dibuat. Untuk produk Kategori A atau dalam hal ini untuk kelas istimewa menggunakan benang dasar jenis rayon 60/2 dipadu dengan benang pakan jenis rayon 40/2. Sementara untuk produk Kategori B yaitu untuk kelas sedang menggunakan jenis benang dasar rayon 40/2 dipadu dengan benang jenis 40/2 , dan yang terakhir untuk produk Kategori C yaitu untuk kelas standar menggunakan jenis benang dasar rayon 40/ 2 dipadu dengan benang jenis 20’s dan 30’s.
Namun demikian seiring dengan perkembangan jaman ataupun permintaan pasar yang bersifat fluktuatif, perusahaan akan mengikuti perkembangan dan permintaan pasar, jenis sarung dan kategori yang mana yang sedang ramai di pasar.
Benang Pakan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa selain benang dasar, dibutuhkan juga benang pakan. Benang pakan disini ada berbagai macam jenisnya yaitu jenis rayon 40/2, 20’s dan 30’s. benang pakan disini yaitu sebagai motif sebuah sarung, dimana benang pakan ini akan dipadu dengan benang dasar sehingga menjadi sebuah sarung yang bercorak atau bermotif.
Setelah kita mengetahui jenis bahan dasar yang digunakan, berikut proses pembuatan sarung tenun ATBM untuk proses benang dasar dan benang pakan.
a.       Proses Benang Dasar
Untuk proses benang dasar meliputi beberapa tahap, yaitu :
1.      Reling
Biasanya banyak perusahaan tenun membeli benang dasar yang sudah jadi atau sudah melewati proses reling, namun demikian banyak juga yang membeli benang masih dalam bentuk keton, yaitu benang mentah yang belum mengalami proses pewarnaan dan biasanya benang ini baru keluar dari perusahaan pemintalan benang.
Proses reling ini sangat sederhana yaitu pemindahan benang yang masih diketon atau masih mentah diurai lagi menjadi benang dalam bentuk streng. Dalam proses reling ini diperlukan alat reling. Setelah benang selesai di raling maka selanjutnya benang yang masih dalam bentuk streng digabungkan lagi antar streng, biasanya disebut gelok. Biasanya satu gelok berisi 10 streng.
2.      Warna
Setelah melewati tahap raling, langkah selanjutnya pewarnaan benang dasar yang
Sudah dalam bentuk gelok akan atau istilahnya dibres warna-warna yang sering
Digunakan adalah hitam, orange, kuning atau merah,hijau,biru dan putih
Setelah proses  pewarnaan selesai proses selanjutnya benang harus dijemur atau dikeringkan terlebih dahulu.
3.      Kelos
Setelah benang benar-benar kering proses selanjutnya yaitu kelos.Kelos adalah proses memindahkan benang dipindah ke dalam gelok dalam proses ini memerlukan yaitu mesin kelos.
4.      Keteng gulung
Setelah benang selesai dikelos proses selanjutnya keteng gulung, yaitu proses dimana benang-benang gelok akan disatukan lagi dalam mesin kedalam alat yang dinamakan Bon.proses selanjutnya yaitu benang yang sudah ada dalam bon kemudian  ditaruh dimesin tenun.
5.      Cucuk
Setelah proses keteng gulung selesai dan bon sudah ada di mesin tenun. Proses berikutnya adalah cucuk yaitu menguraikan kembali benang-benang tadi ke dalam alat yang dinamakan gun dan suri / sisir. Untuk proses selanjutnya benang dasar yan sudah dicucuk siap untuk di tenun
6.      Proses benang pakan
Benang pakan atau istilahnya isi / motif / corak dari kain sarung dalam prosesnya hampir sama dengan benang dasar. Hanya ada beberapa bagian proses yang memang berbeda dengan benang dasar. Benang pakan dalam bentuknya juga ada yang sudah berupa relingan juga ada yang masih dalam bentuk ketonan. Untuk yang dalam bentuk ketonan prosesnya harus diketang baki dulu  yaitu proses dari benang ketu / keton dipindah ke dalam alat yang namanya baki. Setelah proses ketang baki, dilanjutkan ke proses pewarnaan putih, karena benang yang masih dalam bentuk keton sebagian masih berupa benang mentah atau belum mengalami proses pewarnaan. Setelah proses pewarnaan putih benang yang ada dalam baki kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Setelah benang sudah kering dilanjutkan ke proses pembuatan motif atau istilahnya digambar atau disungging. Setelah proses sungging selesai dilanjutkan lagi ke proses talen, yaitu benang yang sudah diberi motif ditalen atau diberi tali agar nanti dalam proses pewarnaan tidak terkena warna sehingga terbentuk corak / motif. Setelah proses talen, proses selanjutnya yaitu proses bras. Setelah proses pewarnaan selesai proses selanjutya yaitu colet, yang merupakan bagian-bagian yang ada dalam motif yang ditalen itu ada bagian-bagian yang harus diberi warna lagi. Biasanya warna yang digunakan adalah warna merah.
Setelah proses colet selesai proses selanjutnya yaitu proses bongkar, yaitu menguraikan kembali benang-benang yang sudah diketang baki sampai ke proses talen sehingga menjadi bagian-bagian yang terpisah antara ujung yang satu dengan ujung yang lain, namun tetap disatukan lagi menjadi sebuah kumpulan benang-benang yang dinamakan satu gelok atau satu baki. Proses ini memerlukan alat yang dinamakan alat bongkar. Setelah proses bongkar selesai, proses selanjutnya yaitu palet, yang artinya proses pemindahan benang yang masih dalam bentuk gelok dipindah ke dalam alat yang dinamakan kleting dengan menggunakan mesin yang dinamakan mesin palet.
Setelah proses palet selesai dilanjutkan ke proses penenunan, tetapi dalam proses ini diperlukan satu alat lagi yaitu sakoci yang berfungsi untuk meletakan benang yang sudah di palet. Sakoci inilah yang menjadi roda atau jalannya proses pembuatan motif atau corak sebuah kain sarung. Setelah proses ini selesai, proses sarung ini siap dijalankan.
Pemasaran
Untuk pemasarn produk sarung perusahaan ini sudah menyebar luas, karena pangsar pasarnya sudah sampai ke pasar internasional. Di samping itu juga pangsar pasar hasilnya kerajinan sarung perusahaan ini sudah dikenal di pasar lokal atau dalam negeri. Negara luar tujuan pasar ini sebagian berasal dari kawasan timur tengah, misalnya arab Saudi dan menyebar ke wilayah afrika.

BLANGKON


BLANGKON
Blangkon yaiku penutup sirah sing digawe saka bahan batik kanggo wong priya kanggo setelan klambi tradisional jawa. Ing daerah nduweni jinis blangkon sing sejen-sejen. Blangkon yogya lan blangkon Surakarta/Solo nduweni bentuk sing sejen neng mburine. Pada blangkon yogya nduweni ‘mondholan’, dene blangkon solo nduweni bentuk ing mburine pipih/rata. Pastine nduweni filosofi dhewek-dhewek. Ing ngisor iki yaiku filosofi ke-2 jinis blangkon.
1.      Blangkon Yogya
Blangkon yogya nduweni bentuk mondholan, yaiku disebabake pada jaman iku, wong priya yogya rambute dawa terus digulung terus digaake kanggo blangkon.
Ndadeake sawijine filosofi masyarakat jawa sing pinter nyimpen rahasia,ora seneng mbuka aib wong liya utawa dirine dhewek.
2.      Blangkon Solo
Jaman mbiyen senenge cukur rambut sebabe pengaruh Belanda. Wong Belanda ngenake jas sing namane beskap sing asale beschaafd sing maknane cinilsed utawa kebudayaan.
Ora anane jendholan mung ditaleni dadi siji karo rong pucuk helai tengen lan kiwane. Sing maknane nyatuake satunggal ancas ing pemikiran sing lurus yaiku 2 kalimat syahadat sing kudu nempa kenceng neng jiwane lan pikirane wong jawa.

SURJAN


Surjan
Busana adat lanang iki yaiku busana adat model Yogyakarta, senajan mbiyen jarene surjan iku busana khas sangking kerajaan Mataram sadurunge kepecah dadi loro, Surakarta lan Yogyakarta. Surjan mulane diciptakake dening Sunan Kalijaga kang keinspirasi saka model busana jaman iku lan selanjute digunakake Mataram. Pecahe Mataram dadi loro, nggawe asset kerajaan pun kebagi dadi loro.lan kebeneran model busana kerajaan Mataram tiba ning Kraton Yogyakarta. Kraton Surakarta sing ora duwe ciri khas busana akhire nggawe busana khas dhewek yaitu beskap.
Tembung surjan yaiku bentuk tembung garba (gabungn loro tembung utawa luwih, diringkes dadi loro tembung wae) yaiku saka tembung suraksa-janma (dadi manungsa). Busana surjan iku model busana khas jawa, sing pola rancangane dijupuk saking pola sikap asta wong kang siaga ngadepi serangan saka musuh, yaiku tangan kang disilangake ning ngarep dada.
Filosofi sing terkandung ing surjan, salah sawijining bagian leher busana surjan nduwe kancing 3 pasang (6 biji kancing) kang sakabehe nggambarake rukun iman. Rukun iman kuwi yaiku iman maring Gusti Allah, iman maring malaikat, iman maring kitab – kitab, iman maring utusane Allah, iman maring dina akhir, lan iman maring takdir. Selain kuwi surjan uga nduweni  loro buah kancing ning bagian dada sebelah kiwa lan tengen. Hal iku yaiku symbol 2 kalimat syahadat kang unine, Ashaduallaillahaillalah lan Waashaduanna Muhammada rasulullah.
Ana maning telung buah kancing neng njero (bagian dada pereke wetwng) kang posisine ketutup (ora katon) sing njaba kang ngegambarake telung macam nafsu manungsa kang kudu dikendalikna utawa ditutup. Nafsu-nafsu kuwi yaiku nafsu bahimah(hewani), nafsu lauwamah (nafsu mangan lan nginung) lan nafsu syaitoniah (nafsu syaiton).
Surjan dhewek nduweni loro jenis yaiku surjan lurik lan surjan ontrokusuma. Diomomgi surjan lurik amarga motife garis-garis, dene surjan ontrokusuma amarga motife bunga (kusuma).